#7 Intinya; Bersyukur!
Umurku sudah 22 tahun sekarang. Selama 22 tahun aku hidup, aku merasa masih belum banyak berguna untuk orang lain. Aku masih hidup dengan bergantung kepada orang tua ku, padahal seharusnya wanita seusia ku ini sudah bisa mandiri. 22 tahun sudah bukan remaja lagi, tetapi sudah dikategorikan sebagai manusia dewasa secara umur. Kalau mental? Entah. Hahaha
Aku kadang suka merasa bahwa umurku ini masih belasan. Tujuh belas-an lah, usia remaja. Kadang masih suka ngga terima kalau aku sudah 22 tahun. Masih suka ngerasa 'Masa sih? Perasaan baru kemarin aku umur 17 tahun'. Hahaha suka ngga percaya. Waktu emang suka gitu, cepet banget muternya kalau ngga dirasain.
Selama 22 tahun sudah lumayan sih pengalaman dan pelajaran hidup yang aku dapat. Aku juga sudah melewati fase-fase sulit dalam hidup sesuai versiku. Salah satu yang tesulit adalah ketika ibuk sama sekali ngga punya uang dan ngga bisa kasih uang jajan buatku. Ibuk cuma bisa kasih buat bayar kos. Ya dikasih lebih sih, tapi lebihnya cuma 150,000. Cukup buat sebulan? Jelas engga.
Aku yang tahu keadaan ibuk saat itu memang lagi susah, ngga bisa berkomentar apa-apa apalagi protes atau bahkan menuntut lebih. Buat sekedar minta uang kos aja aku ngga tega. Aku mikir, lalu ibuk dan adek-adek makan apa di rumah? Ya sudah, akhirnya dengan perasaan ngga tega aku terima aja apa yang ibuk kasih. Uang 150,000 nya aku belikan beras, telur, mi instan, dan sisanya buat pegangan kalau sewaktu-waktu ada kebutuhan mendadak. Jadi lah tiap hari aku makan nasi goreng kalau ngga gitu mi instan.
Untungnya, aku bukan tipe anak yang konsumtif. Biarpun aku suka jajan, tapi aku masih mampu mengontrolnya menyesesuaikan dengan keadaan. Aku termasuk tipe yang selalu menikmati hidup, apapun kondisinya. Ibuk yang mengajarkanku untuk selalu bersyukur atas apa yang sudah dikaruniakan Tuhan kepada kita.
Di saat seperti ini, yang bisa aku lakukan adalah nengok ke bawah. Aku sadar ada banyak sekali orang-orang yang nasibnya jauh lebih buruk dari aku. Aku seharusnya bersyukur karena bisa tinggal di tempat yang layak. Tidur di atas kasur, punya selimut, dan di dalam ruangan yang hangat. Sedangkan banyak orang di luaran sana yang ngga cuma susah cari makan, tetapi juga susah cari tempat tinggal yang layak. Mereka terpaksa harus berpindah-pindah tempat, karena mereka tidak punya rumah.
Jadi, kalau aku mau mengeluh sebaiknya ingat-ingat dan lihat lagi ke bawah. Masih untung ibuk ngasih uang 150,000, bisa dibelikan beras dan bahan lainnya. Artinya, aku masih bisa makan untuk beberapa hari atau beberapa minggu ke depan. Susah dulu selama sebulan ngga masalah kali ah, toh ngga selamanya juga bakaln susah. Lagian, biarpun keadaannya begini, aku tetap bisa merasa bahagia dengan caraku sendiri. Aku melakukan apa yang ibuk ajarkan, yaitu 'Selalu Bersyukur' :)
Jadi teman-teman, apapun kondisinya jangan pernah untuk bersyukur ya. Karena hanya dengan bersyukur hidup kita akan terasa lebih bahagia :)
Aku kadang suka merasa bahwa umurku ini masih belasan. Tujuh belas-an lah, usia remaja. Kadang masih suka ngga terima kalau aku sudah 22 tahun. Masih suka ngerasa 'Masa sih? Perasaan baru kemarin aku umur 17 tahun'. Hahaha suka ngga percaya. Waktu emang suka gitu, cepet banget muternya kalau ngga dirasain.
Selama 22 tahun sudah lumayan sih pengalaman dan pelajaran hidup yang aku dapat. Aku juga sudah melewati fase-fase sulit dalam hidup sesuai versiku. Salah satu yang tesulit adalah ketika ibuk sama sekali ngga punya uang dan ngga bisa kasih uang jajan buatku. Ibuk cuma bisa kasih buat bayar kos. Ya dikasih lebih sih, tapi lebihnya cuma 150,000. Cukup buat sebulan? Jelas engga.
Aku yang tahu keadaan ibuk saat itu memang lagi susah, ngga bisa berkomentar apa-apa apalagi protes atau bahkan menuntut lebih. Buat sekedar minta uang kos aja aku ngga tega. Aku mikir, lalu ibuk dan adek-adek makan apa di rumah? Ya sudah, akhirnya dengan perasaan ngga tega aku terima aja apa yang ibuk kasih. Uang 150,000 nya aku belikan beras, telur, mi instan, dan sisanya buat pegangan kalau sewaktu-waktu ada kebutuhan mendadak. Jadi lah tiap hari aku makan nasi goreng kalau ngga gitu mi instan.
Untungnya, aku bukan tipe anak yang konsumtif. Biarpun aku suka jajan, tapi aku masih mampu mengontrolnya menyesesuaikan dengan keadaan. Aku termasuk tipe yang selalu menikmati hidup, apapun kondisinya. Ibuk yang mengajarkanku untuk selalu bersyukur atas apa yang sudah dikaruniakan Tuhan kepada kita.
Di saat seperti ini, yang bisa aku lakukan adalah nengok ke bawah. Aku sadar ada banyak sekali orang-orang yang nasibnya jauh lebih buruk dari aku. Aku seharusnya bersyukur karena bisa tinggal di tempat yang layak. Tidur di atas kasur, punya selimut, dan di dalam ruangan yang hangat. Sedangkan banyak orang di luaran sana yang ngga cuma susah cari makan, tetapi juga susah cari tempat tinggal yang layak. Mereka terpaksa harus berpindah-pindah tempat, karena mereka tidak punya rumah.
Jadi, kalau aku mau mengeluh sebaiknya ingat-ingat dan lihat lagi ke bawah. Masih untung ibuk ngasih uang 150,000, bisa dibelikan beras dan bahan lainnya. Artinya, aku masih bisa makan untuk beberapa hari atau beberapa minggu ke depan. Susah dulu selama sebulan ngga masalah kali ah, toh ngga selamanya juga bakaln susah. Lagian, biarpun keadaannya begini, aku tetap bisa merasa bahagia dengan caraku sendiri. Aku melakukan apa yang ibuk ajarkan, yaitu 'Selalu Bersyukur' :)
Jadi teman-teman, apapun kondisinya jangan pernah untuk bersyukur ya. Karena hanya dengan bersyukur hidup kita akan terasa lebih bahagia :)
Komentar
Posting Komentar