HONEYCOMB

googleimage              Surabaya panas siang ini, kemaren, dan beberapa hari lalu, all day long. Sinar matahari terlalu jahat kali ini, karena teriknya membakar kulitku yang memang sudah gelap dan sekarang menjadi semakin gelap. Bahkan UV Protection lotion yang aku pake sepertinya ngga mempan melindungi kulitku dari sengatan jahat sinar matahari. Padahal sudah aku oleskan tebal-tebal—gatau deh ngaruh atau engga. Menyebalkan ! Bagaimana tidak, hampir sejam aku berada di jalan terpapar polusi, debu, dan sang matahari siang. Iya, hampir sejam dan itu baru perjalanan berangkat belum pulangnya. Bayangkan saja. Mungkin kalian bertanya-tanya, ‘Lagian ngapain panas-panas di jalan? Mending tidur di kos.’ Iya, kalau boleh milih sih aku bakal lebih bahagia tidur di kos daripada bergulat dengan sinar matahari seperti ini, tapi mau bagaimana lagi pekerjaan yang menuntut begini.                 Oh ya sampai lupa, kenalkan namaku Gean. No no no ! Bukan Gean, tapi Jyen.  Ya begitu cara mela

Honeycomb cupcake keliatannya enak               I love bee, I love honey and the comb. Aku suka lebah karena lebah adalah hewan yang cerdas. Berisik sih suaranya bzzzz… gitu kan? Lebah juga menyengat, dan kalau sampai kena sengatannya bisa bengkak tujuh hari tujuh malam tujuh turunan—well, engga sih ini lebay—dan gatal banget, kadang juga berasa panas, nyeri gitu (ya akusih Alhamdulillah belum pernah ngerasain sengatan lebah, tapi kata orang-orang sih gitu). Ngeri ya? Tapi… Percayalah, lebah itu ngga bakal sembarangan menyengat orang. Ngga semua lebah juga punya sengatan, hanya lebah betina aja. Selain itu mereka hanya bisa menggunakan sengatannya sekali seumur hidup, karena lebah akan mati setelahnya. Yang paling aku suka dari lebah tuh mereka adalah simbol keproduktifan kaum hawa, ini menurut akusih. Karena pada dasarnya lebah yang bekerja menghasilkan madu adalah lebah betina, sedangkan lebah jantan ada untuk kawin aja dan tidak mencari madu. Ratu lebah juga gitu, dia khusus d