Melepas Rindu ke Purwokerto

Pada tanggal 10 November 2016 lalu (pas weekend, karena mas libur), aku bertemu dengan si mas untuk yang pertama kalinya. It’s a long story how can I make a relationship with someone that I just met after a year. Well, karena si mas kerjanya di Purwokerto jadi aku nyamperin dia ke sana. Aku pergi menggunakan KA Ranggajati dari stasiun Gubeng Baru, Surabaya. 

Perjalanan Surabaya-Purwoketo memakan waktu 8 jam. Cukup untuk bikin orang ambien karena saking lamanya duduk, biarpun kursinya empuk. Aku berangkat dari Surabaya pukul 9.15 WIB, dan sampai di Purwokerto sekitar pukul 18.30 WIB. Terlambat 12 menit dari jadwal yang sudah ditetapkan, karena beberapa kali sempat bersilang dengan kereta lain yang menyebabkan terhambatnya perjalanan.

Tiket KA Ranggajati

Selama di perjalanan aku menghabiskan waktu dengan tidur, maksudnya biar ngga seberapa terasa lama nya perjalanan. Akhirnya setelah 8 jam, sampai juga aku di Purwokerto. Dengan perasaan deg-degan ngga karuan, aku jalan keluar dari kereta terus ngacir ke toilet buat touch-up, memastikan penampilanku oke. Perasaanku makin ngga karuan setelah aku berjalan keluar dari toilet menuju pintu keluar. Aku nengok kanan kiri, dan... Deg! Mas berdiri di sana. Jauh dari kerumunan orang-orang yang sedang menunggu. Bahagia bukan main aku dapat melihat wajah Mas secara langsung, aku berjalan mendekat dengan senyum merekah. Mas melebarkan kedua tangan nya, dan aku seketika masuk ke dalam dekapan nya sambil dia berkata "Welcome to Purwokerto". This is what we've been waiting for, a hug!

Mas sudah menyiapkan semuanya, termasuk penginapan. Dia sudah memesan kamar di Puriwisata, salah satu penginapan di daerah Baturaden. Setelah mengantarku sampai di penginapan dan menyelesaikan semua pembayaran, mas pulang.

Sebelumnya aku memang sudah cek Traveloka mengenai penginapan apa saja yang oke di Baturaden, dan salah satunya adalah Puriwisata. Dengan fasilitas kamar sekelas hotel bintang 3, harga sewa di Puriwisata termasuk murah. Rate nya dimulai dari harga IDR 170,000-an hingga IDR 400,000-an dengan tipe kamar bervariasi. Untuk deluxe room tersedia balkon di belakang kamar dengan view perbukitan dan jalanan berkelok khas Baturaden. Di dalam kamar juga sudah disediakan camilan lengkap, ada water heater lengkap dengan kopi dan teh nya, serta kulkas mini yang sudah komplit dengan isinya (ada Pulpy Orange, Teh Botol, Nescafe Kotak, Milo kaleng, Bear Brand, minuman berenergi juga ada, dll). Pokoknya ngga nyesel nginep di Puriwisata, aku aja betah banget di sini.

Puriwisata tampak depan (Google Image)
Deluxe Room, itu ada balkon di balik tirai loh (Google Image)
Fasilitas Deluxe Room; Refrigerator, Water Heater, etc (Google Image)

Keesokan harinya, mas datang menjemput untuk mengajakku jalan-jalan sesuai dengan rencana yang sudah kami susun. Mas ingin mengajakku ke Air Terjun Pancuran 7 yang masih ada di dalam kawasan Kebun Raya Baturaden. Kami berangkat agak siang, karena Baturaden diguyur hujan dari semalam dan baru sekitar jam 11 ini reda.

Sebenarnya mas sedikit ragu untuk mengajakku pergi ke Pancuran 7, karena keadaan langit yang mendung dan akses menuju Pancuran 7 juga tidak aman. Kami pergi ke Pancuran 7 dengan berjalan kaki, karena kendaraan kami tidak memadai dengan medan yang begitu curam.

Pintu masuk Kebun Raya Baturaden
Kata beberapa orang di sana yang kami tanyai, untuk menuju Pancuran 7 memakan waktu sekitar 1 jam dengan berjalan kaki. Well, makin ragu lah kami untuk melanjutkan perjalanan, tapi kami masih ingin mencoba. Ternyata ada satu rombongan anak-anak remaja yang juga ingin pergi ke Pancuran 7, jadi sama-sama lah kami menelusuri jalan utama ke sana.

Belum jauh, aku dan Mas Rayyan sudah kelelahan hahaha. Karena jalannya berupa anak tangga kecil yang menanjak, tapi kami masih belum mau menyerah. Sampai kemudian ada persimpangan yang salah satunya adalah jalur menuju Pancuran 7. Kami lihat di tengah persimpangan ada papan bertuliskan "DITUTUP", artinya kami tidak diijinkan untuk melewati jalur tersebut. Memang sih keadaan jalannya sangat tidak aman saat itu, dengan keadaan jalan menanjak serta becek dan licin akibat hujan.

Dengan pertimbangan keselamatan, akhirnya aku dan Mas Rayyan memutuskan untuk kembali saja, selain itu kami juga sudah kelelahan (payah hahaha). Sedangkan serombongan remaja yang tadi nekat saja melanjutkan perjalanan.

Ngga pinter gaya, malu banyak orang hahaha
Di bawah situ ada air terjun

Ngga masalah ngga jadi ke Air Terjun Pancuran 7, karena memang cuacanya sangat tidak mendukung. Kami masih bisa jalan-jalan di sekitar Kebun Raya Baturaden, ngga kalah keren kok. Banyak spot-spot asik untuk berfoto. Pemandangan di Kebun Raya Baturaden memang asli menarik. Para pengunjung juga menjaga kebersihan kawasan dengan sangat baik, jadi ngga ada sampah berserakan yang aku lihat. Udara di Kebun Raya Baturaden juga sangat sejuk dan masih bersih karena sama sekali tidak terkontaminasi dengan polusi, tidak seperti di kota.

Hari sudah siang (tapi cuaca mendung) dan kami sudah mulai lapar, jadi Mas Rayyan nawarin buat makan sate kelinci. Ini pengalaman pertamaku makan sate kelinci, honestly. Rasanya ngga jauh berbeda dengan sate ayam sebenernya, hanya saja daging kelinci yang aku makan di sini kok agak kenyal-kenyal dan keras ya. Apa karena membakarnya kurang matang? Entahlah.

Sate di sini lucu tau, kalau biasanya sate disajikan dengan bumbu kacang dan kecap kemudian ditambahi irisan bawang merah saja, di Purwokerto berbeda. Ada bumbu kacang dan kecap, kemudian ditambahi dengan irisan bawang merah, cabai dan tomat. Enak banget.

Selain sate kelinci, Mas juga memesan Pecel disajikan bersama tempe mendoan, camilan khas Purwokerto. Tempe mendoan adalah tempe yang digoreng dengan tepung, seperti tempe menjes kalau di Jawa Timur namanya. Hanya saja Tempe mendoan lebih tipis dan digoreng setengah matang, jadi agak basah gitu. Tempe mendoan juga lebih lebar, tempenya pun khusus. Jadi tempe yang dipakai untuk membuat mendoan ini bukan tempe biasa yang kemudian diiris tipis, tapi memang tempenya sudah dicetak khusus tipis begitu, dibungkus dengan daun. Rasa tempe mendoan ini enak kok, cuman karena aku lebih suka tempe yang digoreng garing kriuk kriuk jadi aku agak kurang cocok makan tempe mendoan.
Beginilah kira-kira wajah tempe mendoan (Google Image)

Setelah puas kami makan dan lumayan kenyang, kami akhirnya memutuskan untuk pulang. Mas Rayyan mampir sebentar di hotel untuk mengobrol. Kami kemudian menyusun rencana untuk keesokan harinya. Ternyata sebenarnya Mas Rayyan tidak banyak tahu tentang tempat-tempat wisata di Purwokerto, bahkan buta sama sekali. Untuk ke Baturaden dan stasiun saja dia mengandalkan Google Maps. Dia memang sudah hampir 2 tahun tinggal di Purwokerto, tetapi jarang sekali jalan-jalan keliling kota. Padahal dari informasi yang aku baca di Google, ada banyak sekali wisata alam seperti air terjun yang masih terjaga kealamian dan keindahannya di Purwokerto.

Satu fakta menarik tentang Purwokerto adalah, ternyata Purwokerto termasuk dalam salah satu kota dengan biaya hidup termurah di Indonesia, dan memang benar terbukti. Kita tidak perlu membayar mahal untuk masuk ke setiap tempat wisata. Harga makanan di Purwokerto juga sangat murah, hanya IDR 3,000 saja untuk indomie kuah lengkap dengan sayurannya. Padahal kami membelinya di kawasan wisata yang biasanya apa-apa serba mahal. Harga makanan di hotel pun juga tidak mahal, tidak ada yang lebih dari IDR 35,000. Padahal biasanya harga makanan hotel justru paling murah IDR 35,000. Pokoknya menarik sekali jalan-jalan di sini.

Satu lagi keunikan Purwokerto yaitu ada di bahasa nya yang terdengan sangat asing di telingaku padahal sama-sama bahasa Jawa nya. Logat Jawa orang Purwokerto sangat mirip dengan logat Jawa orang Tegal, biasa kita kenal dengan logat ngapak. Bahkan logat ngapak Purwokerto terdengar lebih kental dibanding logat ngapak Tegal. Kadang lucu sendiri mendengarnya, tetapi ya itulah salah satu bentuk keberagaman bahasa di Indonesia. Masih sama-sama Bahasa Jawa, masih di satu pulau juga tetapi sudah sangat berbeda jika kita pergi ke wilayah yang berbeda pula.

Setiap kota memiliki keunikannya masing-masing, begitu juga dengan Purwokerto. Dari keunikan-keunikan tersebut terciptalah memori. Aku, yang pertama kali berkunjung ke Purwokerto dengan niat ingin melepas rindu sepertinya akan selalu kembali ke sini masih dengan niat melepas rindu untuk orang tersayangku...
Dan untuk keindahan alam Purwokerto.

Thank you for reading :)

Maaf, aku tidak memasang foto ku dengan Mas Rayyan karena si Mas malu haha. 

Komentar

  1. wuaaaaa padahal aku pengen tahu mas rayyan gimanaaa >.<

    hmm.. berarti ntar kapan2 aku kalo mau liburan murah, ke purwokerto aja kali yaaa, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaah bener. Di Purwokerto harga makanan murah-murah :D

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

#SARProject Surat untuk Negara; Dear KEMENPAR RI

Dress Up Diary; My Current Favorite Game

#SARProject Q4U Challenge